Jumat, 13 April 2012

PENDIDIKAN AFEKSI




MEMBELAJARKAN PENDIDIKAN AFEKSI DI PERSEKOLAHAN



1. PENDIDIKAN AFEKSI DI INDONESIA

Negara sebagai organisasi puncak sangat berkepentingan untuk tumbunya public cultur, yaitu perangkat kebudayaan yang bisa diterima oleh selurh bangsa serta dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnnya yang lebih baik lagi. Oleh karena itu Negara kita telah menetpakan pula nilai-nilai budaya (cultural value), yaitu tujuan pendidikan nasioanaldan keseluruhan isi pancasila, UUD 1945, GBHN, Propenas, dan serangkaian pandangan Negara sebagai tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan moral/pendidikan afeksi.

Kalau kita menelaah nilai-nilai budaya tersebut dan menelaah tujuan kelembagaan sekolah, maka kita akan memperoleh pengertian pendidikan moral di Indonesia. Pendidikan moral di Indonesia di maksudkan agar manusia belajar menjadi bermoral dan pertumbuhan intlegensi sehingga seseorang bisa melakukan pilihan dan penilaian moral yamg paling tepat.

Beberapa tahun, Indonesia mengembangkan program penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada seluruh lapisan masyarakat.P4 diterapkan baik di tempat kerja maupun di lembaga pendidikan dalam berbagai tingkatan.Hasil pelaksanaan P4 ini ternyata kurang dapat terpatri di dalam praktek kehidupan masyarakat Indonesia.Beberapa analisis telah dilakukan, salah satu diantaranya menangkap permasalahan di dalam metode pembelajaran dan penyampaian P4. Proses yang dikembangkan dirasakan terlalu mengarah kepada domain kognitif, sehingga penghayatan Pancasila hanya sebatas pada hafalan semata, bukan terinternalisasi di dalam perilaku dan sikap hidup.

Usaha lain di dalam di dalam mengembangkan karakter bangsa adalah disusunnya mata pelajaran budi pekerti, yang diajarkan di semua tingkatan pendidikan. Namun sekali lagi, permasalahan yang muncul tetap pada desain pembelajaran yang cenderung mengarah pada satu ranah kognitif saja.Bahkan sejalan dengan syaratnya muatan teknologi dan ilmu yang dipelajari, pendidikan budi pekerti ini telah mulai banyak ditinggalkan oleh sekolah.Desain pembelajaran budi pekerti semestinya tidak muncul sebagai suatu mata pelajaran, namun terserap sebagai muatan di setiap aktivitas pembelajaran yang didesain.







2. PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA



Saat ini di Indonesia banyak sekolah – sekolah baru, semuanya menawarkan program yang serba baru dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat Indonesia bahwa kita tidak boleh tertinggal dari negara lain dalam hal teknologi di dunia pendidikan.

Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia agar tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal.Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah standardisasi pengajaran, efektifitas, dan efisiensi. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Pendidikan afeksi, kognisi, dan psikomotor yang tidak seimbang,

2. Rendahnya prestasi siswa,

3. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan.









3. CARA MEMBELAJARKAN PENDIDIKAN AFEKSI

Cara yang dipakai dalam membelajarkan pendidikan afeksi atau pendidikan budi pekerti, yaitu melalui pendekatan dan strategi pendidikan budi pekerti.

A. Pendekaatan Pendidikan Budi Pekerti

Penerapan pendidikan budi pekerti di konteks persekolahan saat ini menggunakan dua pendekatan utama, yaitu :

Pnyisipan (Plug-in), dan

Perbaikan (improvement), dengan cara mengoptimalkan isi,proses, dan pengelolaan pendidikan saat ini guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sementara itu menurut draf kurkulum berbasis kompetensi (KBK) mata pelajaran budi pekerti untuk SD,SMP, SMA, menggunakan beberapa pendekatan antara lain :

a. Pendekatan penanaman nilai

Pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang di ambilnya melalui tahapan : mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapakan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang ingin di gunakan dengan pendekatan ini antara lain : keteladanan, penguatan positif dan negatif, semulasi dan bermain peran.

b. Pendekatan moral kognitif

Pendekatan ini menekankan pada berbagai tingkatan dari pemikiran moral.Cara yang di gunakan dalam penanaman budi pekerti dengan pendekatan ini yaitu, dengan melakukan diskusi kelompok dengan topic Dilema Moral, baik yang factual maupun yang abstrak.

c. Pendekatan Analisis Nilai

Pendekatan ini menekankan agarpeseta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganlisis masalah sosill yang behubungan dengan nilai tertentu. Cara yang di gunakan melui pendekatan ini yaitu, : Diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisi terhadap kasusu, debat dan penelitian.

d. Pendekatan Klarifikasi Nilai

Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan pesertan didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Cara yang digunakan dengan pendekatan ini yaitu : Bermain peran, simulasi, analisi mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembangkan sensitivitas, kegiatan diluar kelas dan diskusi kelompok.

e. Pendekatan Belajar Berbuat

Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai. Cara yang digunakan yaitu : Metode proyek/kegiatan sekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi.

B. Strategi dasar pendidikan budi pekerti

Dalam penyelengaraan pendidikan budi pekerti di tetapkan dasar sebagai berikut:

a. Pendekatan budi pekerti sebagai suatu substansi dan praksis pendidikan dilingkungan persekolahan, terintegrasi dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dan iklim sosial budaya sekolah.

b. Pengorganisasikan pendidikan budi pekerti dalam kurikulum dunia persekolahan.

c. Keterlibatan seluruh komponen penyelenggara pendidikan khususnya guru, kepala sekolah, administrator pendidikan, pengembang kurikulum, penulis buku teks dan lembaga pendidikan tenaga keguruan sesuai dengan kedudukan, peran dan tanggung jawabnya.

4. METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AFEKSI

a. Metode penyampaian

v Metode Demokratis, metode ini menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam berdampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan pendapat dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan.

v Metode pencarian bersama, metode ini menekankan pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru, pencarian bersama ini lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang actual dalam masyarkat, dimana proses diharapkan menumbuhkan sikap bepikir logis, analitis sistematis, argunentatf nuntuk mengambill nilai-nilai hidup dimasalah yang diolah bersama.

v Metode siswa aktif, menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran, guru memberikan pokok pembahasan dan anak dalamkelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan , pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka.

v Metode kteladanan, Proses bpembentukan keperibadian pada anak akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladaninya, dalam hal ini guru harus mampu menjadi idola bagi peserta didik.

v Metode live in, bertujuan agar anak mempunyai penglaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya.

v Metode penjernihan nilai, Latar belakang social kehidupan, pendidikan dan pengalaman dapat membawa perbedaan dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat bingung seorang anak, apbila kebingungan itu tidak dapat terungkap dengan baik ia akan menggalami pembelokan hidup. Oleh karena itu membutuhkan penjernihan nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.

b. Model penyampaian

Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara penyampaiannya.

v Model sebagi mata pelajaran tersendiri. Pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi lain dalam hal ini guru pendidikan budi pekerti harus membuat Garis besar pedoman pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), Metedologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu juga ia harus dimasukkan dalam jadwal yang terstruktur.

v Model terintegrasi dalam semua bidang studi. Penanaman nilai budi pekerti juga dapat di sampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang di tanamkan melalui beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.

v Model diluar pengajaran. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk di bahas dan di kupas nilai-nilai hidupnya.

v Model gabungan. Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model diluar pengajaran, penanaman niai dilakukan melalui pengakuan fomal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan diluar pengajaran.

5. HARAPAN PENULIS

Seperti yang telah di kemukakan di atas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memperihatinkan.Tujuan pendidikan nasional ‘’Membentuk manusia yang berahlak mulia, beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa’’, nampaknya belum sepenuhnya terwujud.Hal ini dapat kita buktikan dengan fenomena kehidupan saat ini, banyak pejabat-pejabat pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga yang melakukan tindak korupsi. Tidak hanya itu perampokan, penculikan, terorisme, tawuran antar pelajar , merupakan sesuatu yang tidak asing lagi kita dengar ditelinga kita, hal ini terjadi kurangnya,minimnya budi pekerti yang kita miliki. Oleh karena itu penulis seklaligus sebagai mahasiwa mengharapkan marilah kita mengintrofeksi diri kita masing-masing, apakah kita sudah memberikan sumbangan untuk masyarakat, bangsa, dan Negara selama ini..? Untuk itu mari kita sama-sama membangun dari berbagai aspek kehidupan social, budaya, politik dan pendidikan khususnya menuju kehidupan yang bersih, yang bermoral, guna mencapai tujuan dan cita-cita mulia negeri tercinta kita ini.





6. SOLUSI DARI PENULIS

Untuk memajukan pendidikan di Indonesia harus didasari oleh pendidikan afektif yang kuat.Sekolah jangan di jadikan tempat untuk mencari status, mendapatkan gelar danjabatan, tetapi sekolah harus benar-benar menjadi tempat untuk menimba ilmu pengetahuan.Bagitupun guru hendaknya menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada para siswanya, Keberhasilan siswa jangan hanya di ukur dari potensi Akademik yang dimilikinya tetapi keberhasilan siswa juga harus dilihat dari kebaikan budi pekertinya.Oleh karena itu guru harus melaksanakan Cara, Metode, Strategi prosedur penanaman Pendidikan Afektif yang telah di kemukakan di atas guna menciptakan manusia yang berahlak mulia dan memiliki ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dengan prinsip ‘’THINK GLOBALLY AND ACT LOCALLY’’..….BERPIKIR GLOBAL DAN BERAHLAK LOKAL…….






2 komentar: